Media dan Pencitraan
(Sandy Kurniawan / Universitas Muhammadiyah Malang)
A. Apa itu pencitraan?
Ada anggapan bahwa pencitraan itu
adalah kepura-puraan terhadap publik. Seperti dalam peribahasa “Ada udang
dibalik batu”, bagaimana suatu seorang atau tokoh/perusahaan (objek)
memanipulasi presepsi publik terhadap dirinya. Tak lain tak bukan untuk
mendapatkan respon yang positif dari publik. Hal tersebut di karenakan suatu
objek menginginkan suatu tujuan dan keuntungan dari publik, bisa berupa tahta,
pamor, nama baik, gengsi, dsb.
Beragam pendapat yang di kemukakan
oleh para ahli bahasa, diambil definisi dari Bill Canton (S.Soemirat dan
Andrianto. E 2007:111) memberikan sebagai kesan, perasaan, gambaran diri publik
terhadap suatu perusahaan, kesan yang di sengaja ditimbulkan oleh suautu objek
atau orang, organisasi.
Secara garis besar pencitraan mencakup
tentang pandangan/prespektif sesorang terhadap suatu objek (perorangan,
perusahaan, organisasi). Pandangan tersebut bisa menimbulkan berbagai macam
prasangka, tergantung pandangan seorang atau individu dalam melihatnya. Bisa
dikatakan sangat baik, namun bisa juga dikatakan sangat buruk. Disitulah kita
sebagai publik di tuntut untuk lebih jeli dalam menerima suatu pencitraan yang
di lakukan oleh objek.
Orang intelektual melihat fenomena
tersebut sebagai suatu yang wajar. Mereka yang responsif terhadap suatu
pencitraan biasanya meresponnya dengan berbagai komentar dan tanggapan. Mereka
turut berpartisipasi dalam mengamati pencitraan yang dilakukan suatu objek,
apakah benar atau hanya dimanipulasi saja.
Namun di mata orang awam, mereka yang tak
begitu memahami tentang arti pencitraan. Kerap kali mereka mengangap hal
tersebut sebagai suatu kenyataan yang terpercaya, beranggapan bahwa itu tanpa
manipulasi sehingga mereka terkesan langsung mempercayainya.
Demi mencapai dan mengembangkan visi
misinya, memang di perlukan bagi si objek untuk melakukan pencitraan kepada
publik. Terlebih dengan kondisi masayarakat tersebut, si objek lebih melakukan
pencitraan kepada orang yang awam. Mengapa? Karena orang awam lebih mudah dan
lebih tergoda untuk dipengaruhinya.
B. Kekuatan pencitraan dalam media massa
Jika anda setiap harinya membaca surat
kabar atau menonton televisi, dimana anda akan mendapatkan suatu informasi baik
yang anda butuhkan ataupun tidak. Biasanya melalui artikel atau tayangan yang
berbau iklan. Informasi yang diberitakan tersebut, secara tidak langsung
memberikan kesan pencitraan di dalam pemahaman anda.
Sebagai sumber informasi, memang media
massa sangat efektif untuk melakukan pencitraan. Bagaimana suatu perusahaan
atau organisasi mencitrakan dirinya untuk tujuan yang ingin mereka capai,
kebanyakan bertujuan dalam mengembangkan bisnisnya.
Dengan merabah gocek yang tidak
sedikit, suatu perusahaan (objek) rela memasang iklan di televisi, internet,
majalah, koran dsb. Tak peduli seberapa mahal untuk beriklan, mereka anggap
suatu pencitraan dalam iklan itulah yang akan menguntungkan mereka nantinya.
Bisa di bilang adalah suatu bentuk investasi di dalam media massa.
Kekuatan pencitraan terletak bagaimana
cara suatu perusahaan membuat pencitraan bersifat pesuasif, menimbulkan kesan yang menarik simpati
publik. Hal itu juga harus diimbangi dengan fakta yang sesuai kebenarannya.
Tidak boleh membesar-besarkan yang tidak sesuai faktanya. Jika cara itu sudah
dilakukan, maka pencitraan akan berhasil.
Tingkat keberhasilan pencitraan, di
nilai dari seberapa paham publik terhadap kesan dan prestige perusahaan tersebut. Lebih dari hal itu, keberhasilannya
juga bisa di nilai jikalau sesorang mencitrakan suatu perusahaan kepada orang
lain. Sebagai contoh singkatnya, “Agus yang sedang menonton televisi, kemudian
ia melihat berita tentang otomotif, dalam berita itu mengupas tentang Mobil
Toyota Alphard yang begitu istimewa dan elegan. Mulai dari desain, mesin,
kenyamanan berkendara yang sangat bagus. Agus pun tertarik melihat mobil
tersebut. Dan kebetulan saudara Agus yang bernama Rudi ingin membeli mobil
untuk kepentingan pribadi. Kemudian Agus bercerita dan menyarankan Rudi jikalau
ingin membeli mobil, untuk membeli mobil Toyota Alphard saja”.
C. Pencitraan Otomatis di dalam media massa
melalui berita
Pencitraan otomatis yang di maksud
yaitu bagaimana suatu media massa harus memberitakan tentang suatu objek,
dimana objek tersebut mempunyai pamor yang layak untuk di beritakan setiap
harinya. Karena si objek tersebut memang di butuhkan informasinya oleh publik.
Pencitraan ini dilakukan atas kehendak media massa.
Dalam
konteks industri
Menilik tentang konteks industri,
memang tidak habis untuk diperbincangkan di media massa apapun. Publik seolah
tidak ada bosannya untuk mengikuti perkembangan industri yang diberitakan oleh
media. Bagaimana setiap penonton, pembaca, dan pendengar sebuah berita setiap
harinya konteks perkembangan industri tak lepas dari sorotan media.
Seiring perkembangan zaman yang
semakin canggih dan modern, perkembangan industri memang bisa di bilang semakin
pesat. Lebih spesifiknya mengupas tentang perkembangan industri teknologi dan
gadget. Kaitannya dengan pencitraan, bagaimana sebuah perusahaan yang berlatar
belakang di bidang industri teknologi dan gadget banyak di beritakan.
Seperti yang diketahui pada zaman
internet tahun 2015 ini, media massa online seperti Detik.com, Reuters.com, phonearena.com kerap memberitakan perusahaan industri
terkenal yang mempunyai pamor berkelas. Seperti Google, Microsoft, Apple,
Samsung hampir setiap hari menghiasi pemberitaan media di jagad industri. Media menganggap sumber berita dari jagad
teknologi kebanyakan bersumber dari perusahaan-perusahaan itu. Demikian dengan
publik, informasi atau berita tersebut memang di butuhkan untuk meningkatkan
wawasannya di bidang teknologi.
Otomatis informasi yang diberitakan
media massa itulah termasuk pencitraan. Walau sekecil apapun gerak-gerik
perusahaan yang berpamor, hal itu tidak luput dari pemberitaan media. Perusahaan
Apple misalnya, sekedar wacana atau bocoran akan merilis sebuah produk gadget terbaru,
media massa sudah ramai-ramai memberitakan. Secara tidak langsung, informasi
yang diberitakan media tersebut membuat publik menilai perusahaan Apple adalah
perusahaan gadget terbesar, mewah, mahal dan bagus. Dari situlah kita bisa
menyimpulkan bahwa Prestige suatu
perusahaan memang sangat mempengaruhi pencitraan.
D. Pencitraan Manual di dalam media massa melalui
iklan
Pencitraan ini lebih kepada usaha si
objek membranding atau mengiklankan
dirinya di media massa. Bagaimana si objek
sendiri mengiklankan dan mencitrakan dirinya di suatu media massa untuk
memperoleh simpati publik. Jika sudah mendapat simpati dan perhatian dari
publik, si objek dapat dengan mudah mencapai tujuan dan meperoleh keutungannya.
Pencitraan ini dilakukan atas kehendak atau keinginan objek sendiri, beda
dengan pencitraan otomatis yang dilakukan atas kehendak media massa.
Pencitraan tersebut bisa di lakukan di
berbagai media, seperti media cetak, elektronik, ataupun media internet.
Tegantung media apa yang di inginkan oleh si objek, yang tentunya harus di
pertimbangkan lebih dahulu dalam memilih media tersebut. Karena bepengaruh pada
keefektifan pencitraan dalam iklan tersebut. Namun jika uang ataupun modal
bukan kendalanya, dan objek ingin lebih efektif lagi, bisa melakukan
pengiklanan di semua media, baik cetak, elektronik dan internet.
Dalam media cetak, iklan banyak di
jumpai di surat kabar seperti koran harian dan majalah. Di Indonesia misalnya,
yaitu koran harian Surya, bisa di bilang koran tersebut berisi 50% berita, 50%
iklan. Lepas dari itu, pada tahun 2015, publik pembaca kurang meminati membaca
berita di media cetak. Kebanyakan dari mereka beralih ke media internet.
Pengiklan di media elektronik seperti
televisi, kebanyakan mereka beriklan pada tayangan yang bersifat hiburan
seperti olahraga, film dan musik. Karena kebanyakan dari publik menonton
tayangan televisi sebagai sarana hiburan dan juga melepas kepenatan.
Modern ini, kebanyakan perusahaan melakukan
iklan pada media online. Perusahaan-perusahaan profesional di Negara maju seperti
USA dan Jepang. Mereka menilai beriklan di media online lebih efektif.
Berbanding dengan media elektronik seperti televisi, keunggulan dari media internetbahwa
siapa pun bisa mengaksesnya. Ketika seseorang ingin memperoleh informasi yang
diinginkan, dia dapat dengan mudah memperolehnya dengan cepat mudah dan kapan
dia mau hanya dengan mengakses di media internet. Disamping itu
keefektifitasannya adalah iklan lebih tepat pada sasaran atau target, jangkauan
yang luas, dan juga tidak terbatas dengan waktu.
Seperti yang dilakukan Google, Facebook,
Twitter pada tahun 2014 sampai awal 2015, dominasi iklannya begitu luar biasa
pada media internet. Pendapatan yang di raupnya pun tidak sedikit. Dikutip dari
Bussiness Insider (28/2/2015),
tercatat data iklan di Google berjumlah 4 juta pengiklan, Facebook 2 juta
pengiklan, dan Twitter 60 ribu pengiklan. Dan menurut laporan itu diperoleh
data signifikan, rata rata pendapatan Google per pengiklanan USD 16.000
(sekitar Rp. 200 juta) tahun lalu, Facebook USD 7.000 (Rp. 90 juta), dan
Twitter dengan pendapatan tertinggi USD 21.000 (Rp. 270.000 juta) per
pengiklanan.
Mengamati persaingan pencitraan dalam
konteks industri dan bisnis memang sengit dan tiada habisnya. Banyak perusahaan
dan media berlomba-lomba dan bersaing dalam hal tersebut. Seperti di kutip detikINET (20/3/2015), “Beberapa raksasa media massa international
menggalang kekuatan untuk melawan dominasi Facebook dan Google di bidang iklan
online. Mereka adalah Guardian, Financial Times, Thomson Reuters, CNN International
dan The Economist. Mereka menawarkan para pengiklan akses pada kombinasi atau
gabungan pembaca website online kelima media tersebut, yang diklaim jumlahnya
tembus 110 juta. Iklan akan di sajikan secara komputerisasi dan terpogram
sehingga tepat sasaran.” Hal itu menunjukkan seiring eratnya hubungan iklan
dengan media, akan semakin ketat pula persaingan pengiklanan dalam media.
Refrensi
-
edukasi.kompasiana.com/2014/06/02/apa-itu-pencitraan--656262.html
-
detik.com
-
businessinsider.com
0 comments:
Post a Comment